Public Health Symposium UGM Ke-8

Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Penguatan Sistem Kesehatan Masyarakat

Yogyakarta, 10 November 2021 – Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat FK-KMK UGM kembali menyelenggarakan Public Health Symposium (PHS). PHS merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan setiap semester. Kegiatan ini merupakan ajang diskusi dan diseminasi bagi para profesional kesehatan masyarakat terkait permasalahan kesehatan masyaratan beserta solusinya.

Kali ini, PHS ke-8 diselenggarakan dengan mengusung tema “COVID-19 Pandemic Implications on Public Health System Strengthening” atau dalam Bahasa Indonesia “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Penguatan Sistem Kesehatan Masyarakat”. Pandemi COVID-19 telah berlangsun hampir dua tahun. Selama hampir dua tahun ini pula para professional di bidang kesehatan dan kesehatan masyarakat beradaptasi dan berinovasi untuk menyesuaikan dengan krisis dan perubahan yang masif karena pandemi. Simposium ini bertujuan untuk membagikan pembelajaran dan inovasi tersebut dengan harapan dapat diadaptasi pada setting lain pada kondisi serupa.

PHS ke-8 diselenggarakan selama dua hari (9-10 November 2021) secara virtual. Agenda hari pertama adalah presentasi abstrak. Kurang lebih 70 abstrak dengan berbagai macam topik dipresentasikan. Agenda hari kedua adalah sesi diskusi panel yang menghadirkan narasumber dari berbagai mitra FK-KMK UGM yaitu Prof.Barbara McPake dari University of Melbourne, Dr. Abdul Hamid bin Jaafar dari Kementerian Kesehatan Malaysia, Doan Thi Thuy Doang dari Hanoi University of Public Health, Prof. Noel Juban dari University of The Philippines dan Dr. Mubasysyir Hasanbasri dari UGM. Diskusi panel in dimoderatori oleh dr. Tiara Marthias, MPH, Ph.D dari UGM.

Diskusi panel diawali dengan pidato kunci oleh Prof. Nawi Ng dari University of Gothenburg, Swedia. “Sembilan puluh empat persen (dari 135 negara yang disurvey) mengalami gangguan pada layanan kesehatan esensial”, Jelas Prof.Nawi. Beliau juga menjelaskan bahwa salah satu dampak pandemi COVID-19 yang cukup berat adalah pada kelompok populasi rentan karena populasi tersebut memiliki keterbatasan dalam mengakses layanan kesehatan dan kerentanan mereka meningkat selama pandemi. Oleh karena itu, beliau menekankan bahwa layanan kesehatan dan kebijakan sosial seharusnya tersedia, mudah diakses dan dapat diterima oleh kelompok populasi rentan.

Prof. McPake menekankan bahwa health system resilience tidak hanya melibatkan sektor kesehatan saja dalam menangani pandemi, namun perlu kerja sama lintas sektor. Prof. Juban membagikan pengalaman di Filipina dalam mengimplementasikan inovasi sosial yang mengajak masyarakat untuk menangani dampak pandemi. Doan dari Vietnam menekankan bahwa keseriusan pemerintah dalam menangani pandemic dan sistem kesehatan di Vietnam yang tersentralisasi merupakan salah satu faktor keberhasilan pengendalian COVID-19 di negara tersebut. Dr. Jaafar menceritakan pengalaman di Malaysia dalam menjangkau suku-suku asli di pedalaman untuk dapat menerima vaksin COVID-19.

Secara garis besar, PHS ke-8 yang diikuti oleh lebih dari 250 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan praktisi kesehatan masyarakat, ini menyajikan pembelajaran health system resilience secara global dan dari beberapa negara Asia Tenggara, yaiu Malaysia, Filipina, Vienam dan Indonesia.

Kontributor: Luthfi Azizatunnisa’ dan Alvi Purwati

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

*